Bagan Batu , Mandiri Pos.com — Pasca penggusuran sejumlah bangunan yang disebut-sebut sebagai bangunan liar yang sebelumnya berdiri kokoh di sepanjang jalan lintas Riau Sumut mulai dari kilometer satu hingga kilometer 5 Bagan Batu oleh pemcam Bagan Sinembah beberapa waktu lalu, nasib penghuni “rumah liar” korban gusuran ini semakin tidak menentu.
“Entah pada kemana mereka udah morat-marit semua, memang masih ada yang bertahan itupun mau ngabiskan jualannya yang masih tersisa kalau sudah habis jualannya nggak tau lagi mereka mau kemana, , “demikian hal ini dituturkan Jefri A. yang sebelumnya menempati bangunan di depan showroom motor yamaha km 5 Bahtera Makmur kepada awak media ini Ahad 26/11/2017.
Masih kata Jefri bahwa buntut dari penggusuran tersebut meninggalkan berbagai kisah memilukan bagi 4000-an jiwa penghuni dan pelaku usaha yang sebelumnya mengais rezeki rezeki di Sepanjang jalan Lintas Riau -Sumut km 1 hingga km 5,
“ada terpaksa harus libur sekolah gara-gara buku dan bajunya basah karena rumahnya digusur, setelah digusur mereka juga sempat bermalam di tenda darurat, kalau sekarang yang paling terasa soal perekonomian karena setelah digusur warga sini yang rata-rata pedagang kehilangan mata pencahariannya itu tidak sedikit jumlah, parahnya anak-anak di sini terancam putus sekolah soalnya sudah banyak anak-anak yang berhenti sekolah karena tidak ada biaya, yang jelas insiden itu menimbulkan luka yang cukup mendalam bagi kami, “ujar Jefri.
Senada disampaikan Royadi, kakek beberapa cucu ini yang sebelumnya membuka kios kecil di depan rumahnya sambil bekerja sebagai buruh harian lepas dengan pendapatan kotor 20 ribu rupiah per harinya ini pasca digusur hanya bisa pasrah dengan kondisinya saat ini bahkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya terpaksa harus menjual harta benda yang tersisa hanya untuk bertahan hidup sembari mencari pekerjaan lainnya,
“Sebulan sebelum penggusuran saya sudah bingung mau kemana lagi, saya nggak tau tinggal di mana lagi, dan sekarang ini untuk makan saya jualin apa yang ada, kemarin jual seng untuk makan, terus jual ayam, jual entok (itik) untuk makan pokoknya apa yang ada dijual untuk bertahan hidup, saya nggak tahu entah sampai kapan seperti ini, apalagi barang-barang sudah habis terjual semoga saja ada jalan keluarnya dari persoalan kami supaya kami bisa melanjutkan hidup, “ungkapnya sedih tampak dari pandangan matanya yang kosong mengalir bulir air mata yang membasahi kedua bola mata pria paruh baya ini.
Pantauan media ini menyebutkan bahwa penggusuran yang dilakukan pemerintah kecamatan Bagan Sinembah menyisakan puing-puing bekas bangunan yang berserakan di tepi jalan sepanjang Jalan lintas Riau – Sumut Km1 hingga Km 5, pada beberapa titik lokasi seperti di KM 3 sudah banyak berdiri bangunan di belakang bekas ruli yang telah digusur, informasi yang diterima bahwa warga tersebut menempati tanah dengan membayar sewa kepada orang yang mengklaim sebagai pemilik tanah di belakang ruli yang telah dibongkar dengan biaya mulai 300 ribu hingga jutaan rupiah tiap bulan untuk sewa lapaknya tergantung ukuran tanahnya, itupun hanya sebahagian kecil sedangkan sebahagian besar hidupnya terlunta-lunta.(ind)