Hujanpun Kami Tempuh Demi Keluarga Pemulung


LABUHANBATU – Sosok Ibu, Ani dan dua anaknya ini sudah tidak asing di mata warga Kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhanbatu. Ibu dan anak lajang serta gadis kecilnya ini sering menjadi pusat perhatian warga karena kegigihan mereka mengais barang rongsokan di seputaran Jalan Baru, Aek Tapa dan sekitarnya atau kerab muncul di Pasar Gelugur.

Namun, seakan kepedulian terhadap sesama sulit mereka dapatkan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhanbatu. Ibu pemulung ini bernama, Ani. Suaminya, Harianto, dan
lajangnya, Rahmadani, siswa SMKN 2 Rantau Utara, serta gadis kecilnya, Melani, pelajar SMP Pemda.

Sejak tahun 2006, ibu dan kedua anaknya ini memulang demi bisa bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi. Apalagi, sang ayah terpaksa menggadaikan barang berharga satu-satunya, yakni sepeda motor seharga Rp3 juta kepada salah satu leasing demi biaya perobatan.

Akibatnya, ibu Ani, Rahmadani dan Melani harus memulung dengan sepeda tuanya dengan sarana kantong plastik bekas di sisi kanan dan kiri onthel meraka. Dan, onthelnya pun tidak pernah mereka dayung sebab hanya untuk memudahkan mengangkut rongsokan.

Sehingga, keluarga pemulung ini dalam mengais rezeki harus berjalan kaki kesana kemari. Per harinya, hasil jerih payah mereka hanya dihargai lembaran uang receh yang tidak pantas dari perjuangan mereka mengumpulkan barang rongsokan.

Meski memiliki identitas kartu keluarga dan kartu tanda penduduk, keluarga pemulung yang mengontrak rumah seadanya asal tidak kehujanan dan kepanasan ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Padahal, mereka tercatat sebagai warga Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Rantau Utara sudah cukup lama. Jangkan bantuan beras miskin atau bantuan lainnya berupa Kartu Indonesia Sehat atau Kartu Indonesia apalah namanya, tak mereka miliki.

Baca Juga  Kemampuan Satgas Covid Korem Kembali Diuji

Sehingga, sang ayah keluarga miskin ini harus terus menahan rasa sakit yang ia derita akibat tidak memiliki biaya pengobatan. Untuk membeli token listrik pun keluarga malang ini harus susah payah memulung terlebih dahulu.

Jika tak memiliki penghasilan cukup dari hasil mulung, bukan cuma rasa lapar yang mereka tahan. Gelap-gelapan karena arus listrik tidak menyala akibat kehabisan token listrik harus mereka relakan hampir tiap malam.

Kali ini, Rumah Peduli Labuhanbatu dan para pejuang komunitas pengawal ambulan, Indonesia Escorting Ambulance (IEA) Wilayah Rantau Prapat beruntung bisa sedikit berbagi dengan keluarga malang ini. Meski untuk menemukan rumah keluarga ini penuh dengan perjuangan, sebab kami puas hujan-hujanan supaya bisa melihat langsung keadaan mereka.

Allah memang baik, Alhamdulillah kami dapat dipertemukan walau harus kehujanan di perjalanan, Jumat (10/1/2020) malam. “Sejak tahun 2006 kami memulung, mulai anak-anak masih kecil-kecil lagi. Tetapi sejak beberapa tahun belakangan ini saya tidak bisa ikut mulung lagi karena sakit,” lirih Harianto dengan suara bergetar sedih.

Ani, istri Harianto berharap kiranya pemerintah setempat dapat memperhatikan mereka. “Tidak punya BPJS, apalagi bantuan apapun dari pemerintah, kami tidak pernah dapatkan. Alhamdulillah bantuan sembako dari Rumah Peduli Labuhanbatu dan IEA ini bisa kami manfaatkan buat hidup beberapa hari kedepan,” ujar polos Ani tak kuasa menahan air mata.

Sementara, Rahmadani dan Melani berkeinginan segera bisa membawa ayahnya berobat ke rumah sakit. “Kami bingung mau berbuat apa untuk kesehatan ayah. BPJS tidak punya, apalagi biaya untuk berobat. Kalau sakit ayah kambuh paling hanya beli obat warung,” ungkap Rahmadani disamping Melani sambil mengelus kepala adiknya yang tak bisa menahan tangisnya.

Baca Juga  2 Remaja Meninggal, Hikatama Minta Pihak Pengelola Chack and Recheck Manajemen keamanan Lalu Lintas di Flyover

Untukmu penguasa. Biarlah kami memberi contoh padamu walau hanya mampu sedikit meringankan beban mereka. Tidurlah dengan puas dan duduk manislah sambil nyeruput kopi di ruang ber-AC. Tetapi, satu hal yang kami inginkan darimu, jaga amanah jabatan yang diberikan Allah padamu sebelum engkau terjatuh seperti keluarga pemulung bernasib malang ini.

Do’akan saja kami Rumah Peduli Labuhanbatu dan IEA Wilayah Rantau Prapat bisa terus berbagi meski kami bukan orang hebat harta. Kami hanya mempertanggungjawabkan amanah para pendonasi yang ikhlas untuk berbagi meringankan beban sesama.(NG)

Ayo Berikan Rating Terbaik pada tulisan ini 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *